The Kite Runner

The Kite Runner adalah novel perdana karya Khaled Hosseini, penulis kewarganegaraan Amerika yang lahir di Afghanistan. Novel perdananya ini langsung menghentak dunia literasi Amerika, dan menjadi novel terlaris sepanjang tahun 2005 versi New York Times.
The Kite Runner bertutur tentang persahabatan dua anak afghanistan; Amir Khan dan Hassan. Meski sama-sama anak afghan, keduanya beda nasib 180 derajat. Amir adalah anak saudagar kaya raya dan beretnis pashtun – etnis dominan di afghanistan. Sedangkan Hassan adalah anak pembantu keluarga Amir, dan beretnis Hazara, etnis yang dipandang rendah lagi hina di Afghanistan. Meski begitu keduanya punya persamaan; sama- sama tidak memiliki ibu sejak kecil. Ibu Amir meninggal saat melahirkan, ibu Hassan kabur dari rumah saat Hassan masih bayi.
Amir dan Hassan bersahabat baik. Batas majikan-pembantu antara keduanya setipis kertas. Amir dan Hassan selalu bermain bersama. Layang-layang adalah permainan favorit mereka berdua. Pada suatu musim dingin, Amir dan Hassan memenangkan kompetisi layangan bergengsi di kota Kabul. Keduanya bersimbiosis mutualisme. Amir yang kaya namun lemah selalu dilindungi oleh Hassan yang pemberani ketika diganggu anak-anak nakal.
Suatu kali, Amir dan Hassan dihadang oleh Assef dan gerombolannya saat akan bermain. Assef adalah berandalan cilik yang kondang kenakalannya. Kalah beradu mulut, Assef kemudian berniat menghajar Amir. Kepalan tangannya yang berpelindung besi melayang di udara, siap menghantam wajah Amir. Namun seketika itu juga Hassan mengeluarkan ketapel dan mengarahkannya tepat ke wajah Assef.
“Tidakkah kau takut padaku Hassan? Kau tahu kan aku dijuluki pelahap kuping?” Assef mengintimidasi.
“Ya aku tahu. Tapi tolong tinggalkan kami Assef, atau aku terpaksa merubah julukanmu itu menjadi Assef bermata satu…”
Kurang lebih begitu kata-kata Hassan pada Assef. Meski gentar, Hassan memberanikan diri melawan Assef. Demi Amir. Assef pun urung menghajar Amir.
Keberanian Hassan itu ternyata harus dibayar mahal kemudian hari. Pasalnya di kesempatan lain Assef membuat Hassan tak berkutik. Hassan dikepung, dihajar, bahkan mengalami kekerasan seksual! Amir yang melihat kejadian tersebut hanya bersembunyi, tanpa berani berbuat apa pun. Ketakutannya yang besar pada Asef menghalanginya dari menolong Hassan, sebagaimana Hassan dulu pernah membelanya.
Setelah kejadian tersebut, persahabatan mereka berubah selamanya. Amir menjauh. Sepanjang sisa masa kanak-kanaknya Amir merutuki dirinya pengecut. Namun di saat bersamaan Amir membela dirinya; “Aku tidak harus membela Hassan seperti Hassan membelaku. Bukankah aku majikannya?!”
Ketika Afghanistan dilanda huru-hara politik, Amir khan dan ayahnya bermigrasi ke Amerika Serikat. Sementara Hassan dan ayahnya tetap bertahan di Afghanistan. Amir pun tumbuh dewasa di Amerika dengan cara amerika. Sedangkan Afghanistan terus bergejolak, berganti rezim dari monarki ke republik, diduduki Rusia, hingga akhirnya dikuasai taliban.
Amir hampir melupakan tanah airnya ketika suatu hari menerima telepon dari Afghanistan. Sebuah telepon yang memintanya untuk pulang ke Afghanistan demi menguak sebuah rahasia besar; tentang siapa ayah Amir, siapa Hassan, dan siapa sebenarnya diri Amir sendiri..
***
ringkasan cerita di atas hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan novel ini, masih banyak cerita menarik lainnya yang lebih menegangkan sekaligus mengharukan mulai dari suasana perang, pergolakkan, kekeluargaan hingga percintaan .. ketika saya membacanya saya pun larut didalamnya... bagai merasakan kejadian itu secara langsung, dan novel ini benar-benar inspiratif.
...... (^_^).......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngatboy ---> Ngatman

Lensa

Terima kasih untuk para suami yang telah memuliakan istrinya