Pudarnya pesona cleopatra (Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa)
Cleopatra...
Mendengar
nama itu, dalam benakku langsung terbayang sosok wanita yang cantik, lemah
lembut, dan sosoknya digambarkan hampir sempurna.
Ketika aku
baca judul itu, aku merasa ingin membacanya. Aku ingin tahu apa yang dituliskan
oleh sang pengarang tentang sosok itu.
Akupun mulai
membaca novel sederhana karya Kang Abik itu, panggilan akrab dari penulis
ternama Habiburrahman El Shirazy. Novel ini berisi tentang dua kisah berbeda
yang menggambarkan kisah dan persoalan sederhana di kehidupan.
Kisah yang
ditulis oleh penulis ternama ini adalah mengenai kisah percintaan secara
islami, yang didasari oleh tauhid. Yahh.. mungkin kisah dalam novel ini juga
pernah dialami beberapa orang dikehidupan nyata.
Penggunaan
pengandaian dan perpaduan kata yang teramat indah dapat membuat pembaca ikut
merasakan bagaimana perasaan yang dirasakan oleh tokoh dalam novel.
Aku hanya
butuh waktu sebentar saja untuk membaca tulisan karya penulis yang sukses
dengan karyanya AAC (ayat-ayat cinta)nya ini, ceritanya menarik dan mudah
dipahami.
Keteguhan
cinta dari seorang istri kepada
suaminya, tetapi ternyata semua kesabaran yang ia lakukan dibalas lebih indah
oleh sang pemilik jiwa di seluruh jagat ini.
Kecantikan
yang begitu sempurna, ternyata dapat digantikan oleh kebaikan hati, cinta yang
diberikan dengan murni. Memiliki pasangan hidup dengan paras yang cantik,
tampan yang diimbangi dengan tubuh yang sempurna terkadang tidak menjamin akan
mendapatkan bahagiaan.
“Dalam
keharuan terasa ada hawa sejuk turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku.
Seketika itu pesona cleopatra memudar, berganti cahaya cinta Raihana yang
terang di hati”...... penulis menggambarkan rasa penyesalan yang dialami tokoh
dalam novel dengan begitu menghanyutkan.
Penulis
mendeskripsikan rasa penyesalan, rasa sakit, takut, dan rasa bahagia dengan
benar-benar apik hingga aku sebagai pembaca merasa seperti dibuai oleh paduan
kata yang teramat indah.
“Jika malam
telah memuncak pekatnya, tak lama lagi fajar akan terbit, apakah kepedihan yang
ia rasakan ini adalah puncak pekatnya malam yang tak lama lagi fajar akan
terbit?”..... “saat-saat ia dalam situasi yang mengerikan, bagaikan seekor
domba yang sekarat dalam belitan ular phyton yang kelaparan”.
--me--
Komentar
Posting Komentar