Pendekatan Sosial dan Globalisasi
Abstrak:
Pembangunan sosial merupakan perubahan yang terencana “planned change”, dimana ada
ketergantungan diantara pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi yang harus
berjalan sesuai atau bersamaan.
Pendekatan pembangunan sosial dengan tujuannya untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat akan terganggu dengan munculnya pendekatan globalisasi secara
terus-menerus di berbagai aspek dasar masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan
ketidakberhasilannya pendekatan pembangunan sosial dalam mencapai tujuannya
Kata Kunci:
Pembangunan Sosial, globalisasi
1.
Pendekatan
Sosial dan Globalisasi:
Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya,
sekarang ini berlangsung dalam keadaan dunia yang sedang mengalami proses
globalisasi. Hal ini berarti bahwa proses pembangunan sosial tidak dapat
dilepaskan dari proses globalisasi. Pembangunan sosial merupakan suatu pendekatan
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
dan merupakan suatu proses perubahan sosial yang direncanakan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat (James Midgley, 1995. Sementara
pengertian globalisasi sendiri, menurut Princenton N. Lyman,
ialah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan
antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan. Pengertian
globalisasi lainnya, menurut Merriam Webster Dictionary, ialah perkembangan
ekonomi global yang semakin terintegrasi ditandai terutama oleh perdagangan
bebas, arus modal yang bebas, dan menekan lebih murah pasar tenaga kerja asing.
Dapat dilihat dari
kedua pengertian diatas, bahwa globalisasi merupakan sebuah proses yang
menyebabkan ada pergerakan antara “people, place and event” diseluruh dunia.
Pergerakan utama pada globalisasi ialah perdagangan, dimana aktivitas dari
kegiatan perdagangan tersebut melibatkan bidang sosial dan ekonomi, keduanya
merupakan lingkup dari pembangunan sosial. Perubahan yang drastis pada
globalisasi, yaitu terjadi pada periode ketiga (1989), dimana terjadi transaksi
keuangan berkembang pesat atas kemajuan teknologi.
Arus
globalisasi mempengaruhi proses pendekatan pembangunan pada negara dunia III
antara lain yakni melalui pendekatan pertumbuhan seperti yang dijelaskan oleh
Rostow (1990), tahapan-tahapan dalam pembangunan yang pada intinya terkait
dengan investasi “modal besar” atau mengenai suntikan investasi yang padat
modal untuk mendongkrak sumber daya dan potensi yang ada pada masyarakat.
Strategi pembangunan dirancang dengan sasaran tunggal yaitu bagaimana mencapai
tingkat pertumbuhan (ekonomi) yang tinggi dalam tempo yang singkat, maka untuk
mencapai ambisi tersebut diperlukan modal investasi asing dalam jumlah besar
yang tentunya tidak dimiliki oleh negara dunia III, dan sebagai jalan pintas
maka dibukalah pintu lebar-lebar untuk invesatasi modal asing beserta
teknologinya.
Berdasarkan
penjelasan di atas pembangunan ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat
kemakmuran suatu negara, namun pembangunan ekonomi yang sepenuhnya diserahkan
pada mekanisme pasar, tetap tidak akan mampu menjamin kesejahteraan sosial pada
setiap masyarakat. Idealnya pembangunan sosial harus berjalan berdampingan
dengan pembangunan ekonomi.
Dua
pendekatan ini mempunyai efek yang bertentangan, efek dari pendekatan
globalisasi yang berupa sitem kapitalis dengan mengeruk untung
sebanyak-banyaknya. Pengerukan untung yang sebanyak-banyaknya itu akan
mengenyampingkan aspek sosial masyarakatnya, hal inilah yang nantinya akan
mengakibatkan kesenjangan sosial dan distorsi pembangunan.
2.
Hambatan Globalisasi dalam pembangunan sosial
Kesejahteraan merupakan impian bagi
setiap negara manapun, tidak terkecuali negara Indonesia. Oleh sebab itu
mobilisasi ekonomi dalam bentuk pertukaran produk antar negara tidak bisa
dihindarkan. Bahkan aktifitas ini telah berlangsung sejak abad ke-16 dimana
aliran kapital terhubung kedalam bidang ekonomi secara global dengan tujuan
memenuhi kebutuhan wilayah dimana negara tersebut berada.
Seiring perkembangan ekonomi dunia,
yang ditandai meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebagian negara (negara maju)
maka mutlak negara tersebut membutuhan jaminan agar pertumbuhan yang
berlangsung dapat terjaga bahkan ditingkatkan. Proses menjamin kepentingan
tersebut hemat penulis sebagai dasar bagi lahirnya globalisasi dewasa kini.
Para ahli sering menyimpulkan bahwa
globalisasi terkait dengan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di
seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, budaya, politik ataupun bentuk
interaksi lain yang menyebabkan biasnya batas suatu negara. Pendapat penulis,
Globalisasi mengarah bagi terbentuknya “perkampungan dunia” yang merupakan perwujudan
kehendak negara maju dalam menjamin kepentingan pertumbuhan ekonomi mereka.
Seperti telah disinggung diawal,
bahwa globalisasi hadir untuk menjamin pertumbuhan negara maju tetap
berlangsung, dan menghendaki negara berkembang untuk terus memacu pertumbuhannya
ekonominya melalui skema perdagangan bebas. pertumbuhan melalui skema tersebut
identik dengan perluasan dan pengembangan ekonomi secara dinamis yang tidak
boleh terhambat oleh apapun termasuk negara.
Maka, globalisasi menuntut kesiapan total suatu negara untuk
melaksanakannya, karena jika tidak globalisasi hanyalah alat penghambat bagi
pembangunan ekonomi ataupun pembangunan sosial di negara tersebut. Lantas
bagaimana Indonesia menyikapi fenomena globalisasi, tantangan? kesempatan? Atau
penjajahan?
Negara yang kaya akan potensi alam
dan sumber daya manusia seperti Indonesia seharusnya mampu mewujudkan
kesejahteran bagi rakyatnya. Konsep pembangunan manusia yang mampu menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diwujudkan apabila pembangunan ekonomi
dikelola dengan baik bagi kepentingan nasional. Surplus pertumbuhan ekonomi
dapat menopang pembangunan lainnya, seperti pendidikan, kesehatan dan bidang
sosial lainnya.
Namun kesiapan Indonesia dalam
menghadapi globalisasi dapat dikatakan tanpa visi yang jelas, sebagai contoh
kasus dalam sektor pertanian yang secara nyata berkaitan dengan kesejahteraan.
Sebagai kebutuhan dasar manusia, pangan merupakan masalah strategis yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka, liberalisasi komoditas pertanian merupakan
isu krusial bagi negara agraris seperti Indonesia karena hampir 60% mata
pencaharian penduduknya dari sektor ini. Sejak menerima konsep washington consensus, impor beras
dilakukan secara besar besaran dan terus dilakukan hingga saat ini, revitalisasi
peran bulog dalam mengelola beras terkesan pencitraan tatkala pemerintah
menghapuskan segala batasan terhadap investasi asing dalam perdagangan skala
besar dan membentuk regulasi dalam hal impor dan distribusi barang pangan yang
esensial.
Restrukturisasi kebijakan inilah
wujud dari kehendak negara maju dalam bingkai globalisasi melalui instrumennya
perdagangan bebas. Tarif rendah dan pengurangan subsidi merupakan paket
kebijakan yang harus dilakukan, negara seminimal mungkin berperan dalam sektor
pertanian. akibatnya jumlah produksi pertanian selalu terbentur dengan kualitas
yang dihasilkan selain itu ketiadaan subsidi yang maksimal menyebabkan kualitas
beras kita tak memiliki keuanggulan apapun sehingga seringkali tidak mencapai
kebutuhan domestik apalagi mampu bersaing dengan pasar luar. Dampaknya
pemerintah terjebak untuk segera memenuhi kebutuhan dasar tersebut, maka impor
adalah solusi yang tak terhindari. Tentunya dalam kasus ini petani mengalami
kerugian besar, beras yang dihasilkan tidak memiliki dampak ekonomi apapun bagi
kehidupan mereka, bahkan dalam kasus ini negara lain yang mendapat keuntungan
besar. Pada akhirnya kemiskinan akan terus terjadi dan pembangunan sosial akan
terus mengalami hambatan hebat dalam perencanaanya, begitupun dalam bidang
kehidupan laiinya mengalami kondisi serupa.
Pada akhirnya, sistem
perdagangan bebas menyebabkan negara Indonesia tidak dapat lagi memaksimalkan
potensi yang ada bahkan tak mampu memberikan proteksi kepada sektor pertanian.
Dengan demikian, perdagangan bebas menimbulkan hambatan kepada negara kita
untuk memajukan sektor pertanian lebih cepat.Selain itu, ketergantungan kepada
negara asing semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Midgley,james. (2005). Pembangunan Sosial, perspektif pembangunan
dalam kesejahteraan sosial. Jakarta : Ditperta Islam
Hadi,syamsul,dkk. (2012). Kudeta Putih, Reformasi dan Pelembagaan
kepentingan asing dalam ekonomi Indonesia. Jakarta: Indonesia Berdikari.
Sumber online :
Komentar
Posting Komentar