Late Post "Kalimantan - Kuching"

Late post...
Di sela-sela waktu kerja saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke negeri tetangga, dilihat dari peta sih rasanya cukup dekat. jadi saya beranikan diri dengan rekan saya dan seorang rekan saya untuk menyeberang ke Serawak, Kuching. Minimnya informasi yang kami miliki, kebetulan karena akses internet yang juga kurang mendukung dirasa sangat beresiko untuk kami pergi. tapi yaa... jiwa-jiwa petualang tetep melancong tanpa bekal.
perjalanan kami dimulai dari Sajngan sebuah kecamatan yang ada di Sambas Kalimantan Barat, dari Sajingan ke perbatasan Malaysia dapat ditempuh sekitar 15 menit saja. sesampainya di perbatasan jangan harap melihat pemandangan imigrasi seperti yang ada di bandara internasional pada umumnya, di sini sangat minim sarana dan sederhana sekali. bahkan ketika kami check in imigrasi cuma butuh waktu 3 menit saja, karena orang yang menyeberang juga relatif sedikit.

Foto di atas adalah suasana perbatasan Indonesia - Malaysia
Setelah kami cek imigrasi, ternyata kami lupa padahal kami tidak membawa ringgit. Karena transportasi dari perbatasan sudah harus menggunakan ringgit. Akhirnya kami keluar lagi dari imigrasi dan mencari-cari money changer, tetapi kebetulan hari itu hari libur sehingga tutup. Hehe... Akhirnya kami mencari tukaran ke warung-warung di sekitar masih di tanah Kalimantan Indonesia dan syukurlah kami berhasil mendapatkan tukaran uangnya sebanyak 200 ringgit malaysia. Selanjutnya kami naik travel namanya Travel Pak Kumar, ini nih yang namanya pak Kumar ternyata dia itu udah terkenal bingit di perbatasan...


Kami naik travel pak Kumar dari perbatasan Aruk - Lundhu per orangnya dikenakan biaya 20 ringgit. Sesampainya di Lundhu wah kami sempat kebingungan karena khawatir akan salah bertanya pada orang. Di luar perkiraan Lundhu itu pasar, terminal dan orang-orang yang ada kebanyakan adalah orang China, India.. Walah... Kami pun sering kali lupa dan masih memakai bahasa Indonesia, dan kebetulan ketemu sama orang Malaysia yang dulunya adalah WNI asli Sambas tapi dia juga udah gak bisa berbahasa Indonesia. Dan kalau boleh jujur bahasa melayu itu ribet, banyak istilah yang dipanjang-panjangin.. Setelah menunggu jadwal bus yang ternyata cukup lumayan lama, kami pun berbincang-bincang dalam keadaan puasa... Haussss... Awalnya pas liat jam yang ada di dinding loket penjualan bus, gw udah kesenengan karena disana 1 jam lebih cepat dari waktu di Indonesia. Dalam hati gw bilang "wah... Enak nih gw bisa buka lebih cepet.. Hihihi" ternyata itu cuma mimpi, mereka pun jadwal bedug nya jm 7 malam artinya itu sama ajah..

Perjalanan Lundhu - Kuching selama kurang lebih 3 jam, dan kita gak tau kuching itu dimana karena GPS dan semua akses telepon matot (mati total). Selama di perjalanan kita tidur pules bener, soalnya jalanannya bagus beda jauh sama jalanan menuju sambas yang rusak parah sekitar 80% kerusakannya tapi syukurlah saat ini sedang ada perbaikkan jalan dari pemerintah pusat. Harapan kita adalah kalau jalanan sudah bagus, perekonomian masyarakat Sajingan bisa jauh lebih meningkat. Nah akhirnya kami pun di suruh turun di tengah jalan sama si supir bus, katanya kalau mau ke watter front kami karus turun disitu dan nyambung bus lain. Alhasil kami pun menuruti supir bus tersebut. Setelah turun di halte, muka kami senyum-senyum kirain bus yang dateng cuma satu jurusan aja tapi ternyata.... Banyak banget bus yang lewat dengan tujuan beda-beda, pas mau baca papan rute perjalanan heheee kaga ada tulisannya. Pheww...
Akhirnya kami pun bertanya sama orang yang ada di halte juga ehh, dia kaga bisa bahasa melayu ternyata orang china dan gw coba tanya pake bahasa ingris baru deh dia ngerti. Kami pun naik bus menuju watter front per orang dikenakan biaya 1 ringgit murah ya, baru 10 menit duduk ehh udah disuruh turun katanya udah sampe. Tapi mana sungainya...?? Hahahaa pertanyaan itu yang ada dalam otak kami. Kami pun jalan tanpa tujuan (gontai lemes karena puasa) dan ga ada orang yang bisa ditanya, sepi bener.. Sekalinya ada orang eh kita dijutekin. Jalan aja pelan-pelan dan akhirnya kami pun sampai di watter front... Ayeeeyyy seneng.

Perjalanan belum selesai, kami pun harus mencari tempat menginap karena hari sudah malam dan gak mungkin juga kan nge"gembel" di tepi sungai. Syukurlah sebelum naik bus tadi si bapak yang kami temui di Lundhu sempet bilang "nginapnya di Arief Hotel aja, di sana banyak orang Indonesia dan harganya murah ko.." dan kami pun akhirnya mencari hotel tersebut, setelah ketemu iyah bener cuma 70 ringgit per malam double bed rasanya harga itu cukup murah. Untuk kuliner gak perlu khawatir karena banyak yang berjualan harganya pun relatif terjangkau rata-rata makanan halal di jual 6 ringgit/porsi dan minuman 2 ringgit, dan di satu jalan persis kaya di Malioboro karena berjajar kios-kios yang menjual souvenir khas Borneo. ATM center pun dapat dengan mudah ditemui, jadi jangan takut kelaparan asal punya ringgit.
Keesokan paginya pun kami sudah harus kembali lagi ke Kalimantan untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga kami pun bergegas mencari rute perjalanan untuk pulang. Rute perjalanannya pun agak sedikit berbeda, kami berangkat pukul 6 pagi waktu setempat atau setara pkl 5 pagi waktu Indonesia.. Subuh-subuh udah jalan kaki.. Hahaha dan sampe di perbatasan pukul 1 siang waktu Indonesia.
Kami naik bus dari Kuching - Bau per orang 4,5 ringgit, Bau-Lundhu 7 ringgit/orang, dilanjutkan Lundhu - Aruk 30 ringgit/orang. Perjalanan singkat, murah meriah ala backpacker menghilangkan rasa penasaran... selesai..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngatboy ---> Ngatman

Lensa

Terima kasih untuk para suami yang telah memuliakan istrinya