Tuhan paling Tahu


Tanpa dosa...
Wajah lugunya terlihat begitu tenang dengan mata terpejam.

Melihat tubuh mungil itu terbaring lemah tak berdaya.. membuat aku hampa, ingin rasanya kupeluk tubuh itu jika dapat memindahkan penderitaannya kepadaku.
Tapi aku harus kuat, tak boleh lemah.
Tak tau harus berbuat apa lagi, semua sudah menjadi bubur
Status ini pun mau tak mau harus ke terima dengan terpaksa..

Aku Reni, aku seorang ibu rumah tangga biasa dari keluarga yang bahagia walaupun dengan kondisi yang serba apa adanya. Kehidupanku sangat bahagia terlebih lagi dengan kehadiran dua orang buah hati. Tetapi....
Semua berubah...
Sudah empat bulan terakhir ini hidupku berubah dengan drastis, sejak suamiku diketahui terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Duniaku terasa amat gelap..
Dua bulan yang lalu aku pun baru saja harus kehilangan putri kecilku yang berusia 5 bulan, karena sakit yang dideritanya sejak lahir. Hidup yang terlalu singkat untuk putri kecilku, ya.. mungkin itu memang jalan terbaik yang dipihkan Tuhan untuk dia “Reyhana Mareta” putri keduaku.
Ingin ku menjerit, menjerit sekeras-kerasnya hingga jiwa ini lepas...

Sekarang aku harus tetap berjuang, paling tidak untuk dua orang yang paling aku sayang. Suamiku juga sedang menjalani perawatan di salah satu bangsal RSUP ini, ia didiagnosa mengalami tubercolosis akut. Hal ini dikarenakan orang dengan virus HIV akan lebih mudah terinfeksi berbagai macam penyakit. Sedangkan putri pertamaku Citra, disaat usianya baru 5 tahun ia sudah harus menanggung sakit yang begitu amat sakit dalam hidupnya.
Dengan begitu banyak selang yang dimasukkan ke dalam tubuhnya membuatku terasa semakin pilu. Citra mengalami pembengkakan lever, dan juga radang pada ususnya. Hampir tak ada sedikitpun makanan yang masuk dalam tubuhnya. Tulang-tulang kecil di tubuhnya seakan ingin sekali menampakkan keberadaannya. Ibu mana yang tak sedih melihat kondisi anaknya yang seperti itu.
Tak banyak yang dapat diperbuat dokter, mereka bilang akan berusaha dengan sebaik mungkin..
Mungkin mereka menyerah... tapi tidak untukku, aku masih punya Tuhan.

Ya... diam-diam virus itu juga sudah ada dalam tubuh anakku, entah sudah berapa lama virus itu berada dalam tubuh kami. Kalau saja aku tahu, tak akan ku biarkan anak-anakku ikut merasakan penderitaan yang seharusnya tidak mereka rasakan..

Ya Tuhan...
Salah siapa ini....

Sampai saat ini pun aku merasa sangat jijik melihat suamiku, kenapa Tuhan mengujiku dengan cara ini. Suamiku sampai sekarang tetaplah orang yang paling aku sayang, sampai-sampai rasa sayangku yang begitu kuat padanya mengalahkan semua logika ini. Jarum suntik yang dulu bersahabat, kini meninggalkan sisa yang tak terbayar..

Hari demi hari, setiap menitnya tubuh lemah ini pun harus rela ku bawa berlari, menyusuri setiap lorong rumah sakit ini. Aku merawat mereka berdua semampuku, ya walaupun sesekali ibuku bersedia untuk menjaga anakku. Tak pernah sedikitpun rasa benci kepada keluargaku, karena aku paham betul bagaimana rasanya mendengar bahwa keluarganya ada yang terinfeksi HIV.
Secara tidak langsung kami terbuang, pelan-pelan semua orang meninggalkan kami.. teman, sahabat, keluarga.. semua menghilang, yang ada tinggalah sepi yang dengan setia menemaniku dan keluarga kecil ini.

Entah sudah berapa banyak air mata yang jatuh, menghiasi kedua mataku. Tubuh ini terasa semakin menyusut, berat badanku sudah tak seperti dulu. Udara yang begitu dingin setiap malam, sudah tak bisa lagi kurasakan dinginnya. Rumah sakit ini menjadi saksi bisu perjuanganku selama empat bulan sudah.

Bukan hanya kesulitan untuk mondar-mandir mengurus segala keperluan suami dan anakku. Tetapi birokrasi yang cukup rumit terkadang menghabiskan waktuku... ya.. hanya untuk selembar kertas, aku harus rela mengkabiskan waktuku satu hari penuh untuk menunggu antrian. Bahkan seringkali aku membiarkan lambungku kosong, tanpa terisi makanan sedikitpun.. semua ini karena betapa kemiskinan begitu menyayangi keluargaku hingga tak jua pergi.

Sampai kapan aku bertahan...
Dalam setiap sujudku, aku sering meminta kepada Tuhan.. “Ya Tuhan, ambilah nyawaku.. biarlah aku pergi terlebih dahulu”. Aku terasa ingin menghadap-Nya dengan segera...
Tetapi saat itu juga aku terbayang wajah polos anakku yang sedang berjuang hidup.
Aku tersentak, aku harus kuat.. hingga tak tau sampai kapan.

Perutku sering terasa sangat sakit, bahkan seperti diremas tak karuan. Mungkin karena pil ajaib ini, karena pil ini lah aku bisa bertahan atas izin Tuhan. ARV (antiretroviral) adalah jenis obat yang dapat menghambat proses pembuatan HIV dalam sel CD4, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menularkan sel CD4 yang baru.
Hari demi hari rambut ini semakin tipis, ruam-ruam di kulitku sudah mulai terbiasa ku lihat.. aku sudah tidak kaget menerima kondisi tubuh ini.. inilah Reni, diriku.

Mengeluh adalah tanda kelemahan jiwa...
Saat ini sudah tidak ada gunanya aku mengeluh.
Aku harus jalani kenyataan ini..
walaupun sebenarnya aku sangat berharap semua ini hanyalah mimpi dalam tidurku yang akan segera berakhir...
(eka)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngatboy ---> Ngatman

Lensa

Terima kasih untuk para suami yang telah memuliakan istrinya