Ibarat Membuat Roti Ajaib

Sebuah ilustrasi, di suatu negeri antah berantah, terdapatlah seorang pembuat roti ajaib. Mengapa roti yang dibuatnya dikatakan ajaib? Karena roti-roti tersebut bisa berkomunikasi secara batin dengan si pembuat roti. Malam itu, si pembuat roti sudah memproduksi 100 buah roti untuk dijual keesokan harinya. Ada roti isi coklat, isi nanas, isi durian, isi pisang, dan isi keju. Ada variasi rasa, variasi kualitas, dan juga variasi harga. Sebenarnya tidak ada satu roti pun yang sama persis, kalau mau teliti, setiap roti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Tidak jarang beberapa roti mengeluhkan kekurangannya kepada si pembuat roti, seperti yang terjadi di malam itu, tatkala sebuah roti coklat meminta kepadanya, “Wahai sang pembuat roti yang baik hati, aku yakin isi coklatku terlalu sedikit, aku lihat rekan-rekanku yang lain isi coklatnya banyak, bahkan sebagian mereka ada yang isi coklatnya sampai keluar tubuhnya! Wahai sang pembuat roti, saya mohon isi coklat untuk saya diperbanyak!” Sang pembuat roti pun menjawab, “Bukan aku tidak mau mengabulkan keinginanmu wahai rotiku, kalian sudah kubuat sebaik mungkin dan seadil mungkin. Adapun bila ada rekan-rekanmu yang isi coklatnya sampai ada yang keluar, itu hanya variasi, isinya tetap sama dengan kamu, memang ada sebagian yang dilebihkan tapi harga jualnya pun berbeda dengan dirimu!”

Kemudian ada pula roti yang memohon, “Wahai pembuat roti, aku ini teraniaya, karena aku ada di tumpukkan paling bawah, sehingga tubuhku gepeng dan terlihat kusam. Tolong perbaiki aku!” maka dijawablah oleh si pembuat roti, “Permohonanmu aku kabulkan, tapi tolong tunggu satu hari, karena hari ini aku akan menjual roti-roti lainnya terlebih dahulu, harap kamu mau bersabar....!”
Begitulah kisanya.. hanya saja, sayang sekali kita masih belum bisa meniru perilaku roti ajaib yang sabar tersebut, kita masih berprasangka buruk terhadap kekurangan kita, lalu kita pun berprasangka buruk kepada Allah SWT yang sangat teliti atas ciptaanNya. Jauh tak terhitung lebih telitinya dibandingkan pembuat roti. Kemudian kita pun sering tidak mau bersabar atas kekurangan-kekurangan kita.

Mengapa terkadang kita kesulitan untuk berprasangka baik atas ketentuan Allah? Jawabannya sangat sederhana, adalah karena kita belum sukses BERKOMUNIKASI dengan Allah SWT. Berkomunikasilah; gunakan sarana komunikasi yang efektif; bangunlah di tengah malam untuk ber-taqarrub illah dan tentunya yakinilah atas setiap permohonan yang Anda panjatkan pasti dikabulkan-Nya, atau digantikan-Nya dengan yang lebih baik lagi.

Firman Allah SWT, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Q.s Al-Baqarah [2]:216)

Sumber : Kang Zein, SAMBUT (strategi ampuh menyikapi berbagai ujian Tuhan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngatboy ---> Ngatman

Lensa

Terima kasih untuk para suami yang telah memuliakan istrinya