wanita dan cinta

Terimalah bahwa segala sesuatu terjadi dengan pengetahuan dan ijin dari Tuhan.Dan karena Tuhanmu Maha Penyayang, pasti yang terjadi kepadamu adalah sesuatu yang diniatkanNya untuk membaikkanmu...Maka bersabarlah... Tidak mungkin sesuatu yang mengurangkan dirimu terjadi tanpa sesuatu yang dilebihkan bagimu. Untuk yang diambil bagimu, ada yang akan dikembalikan kepadamu, dan dalam jumlah dan kualitas yang lebih tinggi jika engkau bersabar dalam kesedihanmuu...
- miracle of love-


Aku membuka sebuah buku yang sudah agak lusuh karena tampaknya sangat sering dibalik.. Disana ada tulisan tangan dia. Wanita yang ku sayang...Dan aku pun membacanya...

*****
Berawal dari sebuah pertemuan yang menenangkan, membawa kenyamanan hingga akhirnya hari itu tiba... Dan aku tidak tahu kapan itu... Seperti apa..
Hari ini tepat enam tahun silam pertama kali aku mengenalnya, ya sebenarnya kami sudah saling kenal mulai dari beberapa tahun sebelumnya namun belum kenal secara pribadi. Aku sangat mengagumi dia, orang yang telah aku titipkan separuh jiwaku padanya.
Ya... Aku mengenalnya saat aku menduduki semester akhir di kampusku dulu, kebetulan dia adalah salah seorang dosen yang mengajarku juga. Kami jarang sekali bertemu karena aku tidak mengambil peminatan sesuai dengan mata kuliah yang dia ajarkan. Di smester delapan, aku tinggal menulis tugas akhir dari kampus namun berbagai hambatan rasanya selalu hadir. Entah kenapa masalah begitu menyayangiku..
Ya aku adalah seorang perempuan biasa yang terlahir dari keluarga sederhana, ayahku pun hanya pegawai biasa tanpa pangkat dan jabatan yang menghiasi pakaiannya sedangkan ibu setiap harinya harus berhadapan dengan sehelai benang dan jarum. Aku anak pertama dari tiga bersaudara..
Selama kuliah mulai dari semester awal aku duduk di bangu kuliah, aku selalu berusaha untuk membiayai seluruh kebutuhanku sendiri. Syukur-syukur kalau aku mendapatkan rezeki lebih, kadang aku berikan untuk ibu.. Ya walau hanya sekedar membeli beberapa butir telur, kami rasa itu sudah lebih dari cukup.
Terimakasih tuhan..

Untuk biaya kuliahku, aku tidak terlalu pusing karena aku mendapatkan beasiswa dari program pemerintah paling tidak untuk setiap awal smester aku bisa makan enak. Setiap harinya aku bekerja sebagai pengajar privat di rumah, dan kalau hari libur aku bekerja sebagai pelayan di sebuah warung makan dekat kampus. Setiap hari aku jalani hari-hariku dengan penuh syukur, karena Tuhan sangan sayang padaku.
Tapi kali itu di smester akhir masa studiku aku sedikit bingung karena membutuhkan uang yang tidak sedikit jumlahnya untuk biaya pembuatan tugas akhir, biaya wisuda dan tentu saja pembayaran biaya kuliahku. Karena beasiswa yang biasa aku dapatkan sudah habis masanya.

Hmm...
Entahlah tuhan berkehendak lain, saat itu pula secara kebetulan dosen aku yang bernama Pak Reza mengajakku untuk ikut dalam sebuah proyek pembelajaran untuk masyarakat buta aksara di Bogor. Dan aku akan diberikan honor yang cukup untuk membayar cicilan biaya kuliahku. Aku pun semakin sering diajak untuk mengurus beberapa pekerjaan lainnya, karena dia merasa cukup puas dengan hasil kerja yang aku ketjakan. Kami pun semakin sering bertemu dalam koridor profesional bersama dengan senior-seniorku lainnya. Suatu hari dia mengajakku untuk makan di sebuah rumah makan berdua saja, alasannya untuk menghargai kerja kerasku dalam sebuah pekerjaan. Dan aku pun menyambut baik ajakannya.. Tak terlintas sedikitpun dalam pikiranku semua akan seperti sekarang.. Ya.. Saat ini..
Hubungan kami semakin hari semakin terasa sangat berwarna. Entahlah apa yang ada di dalam perasaan ini, aku tidak sedikitpun merasa menyukainya apalagi mencintainya perasaan ku hanya sebatas pada rasa kagum atas kecerdasannya saja. Karena aku tahu dia sudah tidak sendiri lagi, dia adalah ayah dari dua orang anak. Dan sangat tidak mungkin bagiku untuk membuka hati padanya.
Tapi suatu ketika, saat kami selesai melakukan pekerjaan dengan tim. Dia juga mendampingiku dalam menulis tugas akhirku, tiba-tiba dia mengungkapkan perasaannya padaku. Dan aku cukup kaget saat itu.. Tuhan... perasaanku bercampur, apa lagi ini... Aku sempat bercerita akan hal ini pada salah seorang teman, dia menyarankan supaya aku sebaiknya menghindar. Dan aku pun melakukan hal tersebut, aku sedikit menjaga jarak dengannya.. semakin aku menjauhinya, dia semakin mendekatiku.. akhirnya kami semakin sering keluar bersama berdua saja, dan perselingkuhan pun terjadi. Aku pun sedikit iba padanya atas segala cerita-cerita tentang rumah tangganya yang ia ceritakan padaku. Dia pun mengungkapkan bahwa sudah lama dia memperhatikanku, tapi dia tak berani untuk mendekatiku... Sebenarnya bisa saja dia memilih gadis lainnya yang lebih cantik dan kaya dibanding aku. Dari begitu banyak mahasiswinya kenapa aku yang ia pilih.. Itu yang masih menjadi tanda tanya dalam hatiku?
Ada yang bilang, biarlah cinta yang memilih hati yang layak dicintai..

Dia pun cukup memanjakanku, saat itu aku senang karena tidak harus lagi melihat ibu memasukkan benang dalam gelap.. ya, ibu tidak harus lagi bekerja sampai larut untuk biaya sehari-hariku. Sampai suatu hari sebelum hari wisudaku, aku merasa ada yang berbeda dengan tubuhku.. Aku telah terbuai oleh rayuannya. Entahlah pada saat itu setan terasa lebih kuat dari iman kami berdua. Hari-hari kami sangat bahagia, seperti tak ada masalah yang kami rasakan. Aku pun menikmatinya... Bahagia rasanya, ternayata bahagia itu sederhana..
Setelah wisudaku selesai, aku memberitahukan perihal keberadaan janin dalam tubuhku. Aku takut.. takut akan air mata orang tuaku, "kalau mereka tahu entahlah apa yang akan terjadi", pikirku dalam hati..
Akhirnya beberapa hari kemudian, aku memberanikan diri untuk bertemu dengan Mas reza. Sudah lama juga kami tidak pergi berdua, setelah hubungan kami lebih dalam justru aku merasa dia mulai meninggalkanku entah karena dia sudah mendapatkan tujuannya hanya untuk bersenang-senang denganku atau karena hal lainnya.
Dia jauh lebih diam dari yang aku kenal selama ini...
*****

Sore itu di tepi sebuah danau, air terlihat begitu tenang.. Anginpun menyapa kulitku dengan lembut.
Setelah beberapa lama kami sama-sama terdiam, aku pun memberanikan diri untuk membuka suara. Mas..."boleh aku meminta sesuatu?" tanyaku... Dia pun menjawab.. "ya, mintalah sayang.. Selama ini kan kamu tidak pernah meminta apapun padaku."
Ya memang selama ini aku tidak pernah sama sekali meminta apapun darinya, termasuk waktunya sekalipun walau aku sangat membutuhkannya saat itu. Karena aku tak ingin memberatkan dia.
Mas.. "kalau ada janin dalam perutku, apa yang akan kamu lakukan?", hmm.. dia diam sejenak sambil sedikit berpikir dan kemudian berkata "ya aku akan tanggung jawab, karena aku sayang kamu." aku pun sedikit tenang mendengarnya, "mas, di dalam perutku saat ini ada janin berusia 8 minggu."
Wajahnya cukup kaget mendengar hal itu, aku pun merasa tak karuan rasanya air mata tak kuat lagi terbendung hingga jatuh juga. Dia pun menghapus air mata di wajahku.. Dan memegang kedua tanganku sambil berkata, "ya, aku akan ke rumahmu besok." tapi lanjutnya, "aku tak tau bagaimana cara bicara kepada istriku nanti." Ya.. dia benar, aku telah menyakiti hati seorang perempuan di sana dengan anak-anak mereka. Awanpun terasa lebih dekat dari biasanya, berada tepat di atas kepalaku.. Dan hujanpun turun... Aku enggan untuk beranjak dari tempatku saat itu, andai saja aku bisa.. Rasanya ingin hilang dari dunia ini.
*****

Keesokan harinya... pagi, siang hingga bulan menyapa hari aku menunggunya di rumah dengan setia sambil terus melihat ke luar rumah dengan seribu harapan dia akan datang. Tapi dia tak kunjung datang, hatiku serasa hancur.. harapanpun sedikit terkikis. Tapi aku masih terus berharap karena janin dalam kandunganku..
Aku terlalu kuat untuk menangis...
Tanpa sadar aku pun terlelap dalam gelap, dengan harapan yang masih terus menyala..
*****

Seminggu sudah mas tidak memberi kabar, jangankan telepon, sms pun hampir tak pernah sekalipun. Untuk menghubunginya terlebih dahulu rasanya tak mungkin, karena dia pernah berpesan padaku agar aku jangan pernah menghubunginya terlebih dahulu sampai dia sendiri yang menghubungiku.. aku pun mengiyakannya, karena aku sadar siapa aku...
Siang itu, dia menghubungiku.. Dan mengajak bertemu.. Kami pun memilih tempat favorit kami di sebuah lapangan parkir dekat stasiun. Dia memulai pembicaraan, katanya "aku akan menikahimu, tapi tidak secara resmi.. karena aku tak mungkin menceraikan istriku." "maksudmu mas?", ya... "sebaiknya kita menikah siri saja." Tanpa bisa berkata banyak, bibirku terasa kaku.. Aku berkata "ya".
Karena aku tau dia sangat mencintai istrinya dan anak-anaknya tentu, karena istrinya berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Pastinya banyak resiko yang tidak akan diambil olehnya. Status sosial yang lagi-lagi menjadi tembok antara kenyataan dan topeng-topeng kehidupan..
Aku tidak bisa menolak, sambil terus berpikir.. berpikir, demi anak ini..
aku pun memutuskan untuk keluar dari rumah, meninggalkan orang-orang yang aku sayangi.. Mereka pun terus menahanku, tapi aku tak bisa.. Aku tak ingin membuat malu keluargaku atas apa yang telah aku perbuat. Biarlah semuanya ku tanggung sendiri. Hari itu... tak pernah selama hidupku, ayahku meneteskan air mata.. tapi hari itu, aku telah membuatnya bersedih.. hatinya..
Aku bilang kalau aku akan bekerja di luar kota, dan akan tinggal lama di sana. Padahal tidak, aku masih tinggal di kota yang sama.. Sabil terus tersenyum, aku meyakinkan mereka bahwa aku akan baik-baik saja.. "mah, pah, kakak akan baik-baik saja.. percaya deh, setiap hari kakak akan menelpon mama." hehehe seraya tertawa kecil.. Dan aku pun beranjak keluar rumah.. Entah hingga kapan, waktu yang tak pernah berani untuk aku perkirakan sekalipun...
Tapi, "aku berjanji pada kalian, aku pasti kembali suatu hari nanti..."
*****

Dengan perasaan yang sangat haru, bercampur sedikit harapan.. Aku memasuki sebuah rumah kecil sederhana yang telah dipersiapkannya untukku dan untuk calon bayinya. Dia berjanji akan menjemputku besok untuk meresmikan hubungan kami..
Aku terus beryukur pada Tuhan atas segalanya..
*****

Pernikahan pun terjadi, tak pernah terbayangkan dalam benakku aku akan menikah dalam kondisi yang seperti ini. Berbeda dengan teman-teman dan sahabat-sahabatku lainnya.. Mendambakan kehidupan yang lebih baik dari ini... Menyesalpun tak ada gunanya, aku akan terus menjalani hidupku demi janin dalam kandunganku. Hanya itu tak lebih... Bahagia, mungkin tidak..
Hari-hariku pun berlalu terasa begitu cepat, dia memutuskan untuk mengunjungiku sebanyak dua kali dalam sebulan.. Tersenyum.. Hanya itu yang dapat aku lakukan tanpa bisa berkata banyak, walau hati ini terasa perih..
Alasannya karena dia tak bisa menyakiti hati istrinya dan keluarganya.. Aku tau mas sangat mencintai keluarganya, dan itu yang ia katakan berkali-kali padaku.. Hal itu membuat aku semakin merasa bersalah atas apa yang telah terjadi. Bulan-bulan berlalu, aku bekerja di sebuah toko perlengkapan bayi di sebuah mall di jakarta sebagai kasir. Sebenarnya mas melarangku untuk keluar rumah, apalagi untuk bekerja.. Karena takut terlihat orang lain, apalagi istrinya.. Begitulah alasannya, aku tak bisa.. Aku ingin punya aktivitas, walaupun semakin hari tubuh ini terasa semakin berat aku tetap melangkahkan kaki ini untuk mencari rezeki..
*****

Hari itu, waktunya mas mengunjungiku.. Aku sengaja untuk tidak masuk kerja hari itu, karena aku ingin menghabiskan waktu bersamanya berdua saja seperti yang dulu pernah kami lakukan. Aku pun memakai pakaian yang terbaik hari itu dan sedikit memakai bedak dan parfum untuk membuatnya nyaman.. Tapi sampai matahari menampakkan wajahnya dengan congkak, mas tak kunjung datang.. "ahh mungkin dia sibuk atau ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan." pikirku dalam hati.
Siang itu waktu aku sedang menuju dapur, entah kenapa lantai terasa sangat licin dan aku pun tergelincir dibuatnya. Pinggangku terasa sakit, bukan rasa sakit itu yang aku pikirkan.. Tapi kondisi calon bayiku.. bagaimana keadaannya, aku pun berusaha untuk bangkit dengan sedikit darah yang perlahan mulai menetes keluar dari rahimku. Jangan.. tuhan, tolong aku.. Jangan sekarang, ini belum saatnya..
Waktu persalinanku yang tinggal satu bulan lagi menurut perkiraan dokter, aku harus banyak beristirahat, ehh tanpa disengaja malah begini jadinya. Tapi tuhan masih sayang padaku, aku baik-baik saja... Pendarahanpun berhenti, dengan rasa sakit yang bersisa.

Sore hariya mas pun datang, dengan kondisi wajah yang kusut. Dia bercerita bahwa ada masalah dalam pekerjaannya, dan kemungkinan besar dia tidak bisa memberikan uang seperti biasa untukku. Dan akupun menjawab, "sudahlah mas, seberapapun yang mas berikan akan aku pergunakan dengan sebijak mungkin." sebenarnya sudah lama sekali sejak terakhir ia membelikan aku sebuah gelang yang sangat cantik untukku. Sejak itu pula aku tidak pernah meminta apapun darinya, jangankan perhiasan untuk kebutuhan sehari-hariku pun aku tak mau berkeluh kesah padanya.
Karena sempat beberapa kali aku mendengar darinya kalau dia sedang membutuhkan banyak uang, entahlah untuk apa.. Alasannya untuk pembangunan rumahnya yang belum juga selesai sampai saat ini, atau juga untuk biaya keluarganya liburan di setiap akhir smester. Tapi aku tak pernah iri sedikitpun, aku mengerti itu... Bahkan ingin sekali aku membantunya, tapi tak bisa karena aku harus mengirimkan uang kepada keluargaku setiap bulannya agar mereka tak curiga.
Aku berjalan agak sedikit meringis kesakitan, lalu mas bertanya "kamu tidak apa-apa sayang?", "ahh tidak mas, biasa lah perutku kan semakin besar wajar saja kalau aku kesulitan untuk berjalan. mas.. Nanti waktu aku persalinan, mas dampingi aku yah.. sekali ini saja mas.. yah, yah... karena aku takut mas." bujukku... Lalu ia pun menjawab "iya sayang aku akan ada di sampingmu, ini kan anak aku juga" katanya sambil memegang perutku....
Wahh bahagianya aku...
*****

Pagi itu.. Perutku terasa sakit, sangat sakit.. Aku akan segera melahirkan, "sudah saatnya", pikirku. Aku pun akhirnya memutuskan untuk menghubungi mas lewat telepon, aku coba berkali-kali hingga rasa sakit tak tertahankan lagi.. Sambil tertatih ke luar rumah, dan ada seorang tetangga yang melihatpun langsung membawaku ke rumah sakit.. Aku kirimkan beberapa sms padanya, "kami di rumah sakit Bunda, harap bapak segera datang!" begitu saja isi smsku karena aku takut terlihat mencurigakan, aku tetap ingin melindunginya.. Tuhan.. tolong aku.. cuma Tuhan yang paling mengerti aku..
Aku pun berjuang menahan rasa sakit demi calon anakku, seorang diri.. Sedih.. Sudah tidak, karena aku tahu hari ini bukanlah waktu giliran untuk mas mengunjungi aku. "Sudahlah kamu bisa"... bisikku dalam hati.. Dan suara tangis bayipun bisa aku dengar dengan lantangnya, terimakasih Tuhan..
Siang itu juga dia menghampiriku di rumah sakit, "gimana sayang, maaf ya aku tidak dengar suara telepon tadi pagi karena aku lelah sekali semalam.".. Sedikit kecewa, tapi aku hanya bisa tersenyum... Bayi laki-laki yang lahir dengan sehat itu pun di azankan oleh ayahnya sendiri di kedua telinganya..
Lalu mas pun menyerahkan padaku agar aku yang memberi nama pada bayi itu, sebenarya aku tak ingin.. Aku ingin dia yang memberikan nama untuk anak kami. Setelah berpikir aku memutuskan untuk memberi nama Rafi Areska Adlan yang berarti pejuang yang meninggikan keadilan. Aku menaruh harap padanya agar ia menjadi seorang anak yang bisa berlaku adil pada semua orang, yang selama ini keadilan tidak berpihak pada ibunya..
*****

Tahun-tahunpun berlalu... Anakku pun semakin tumbuh besar, sehat dan menjadi anak yang cerdas. Aku berjanji pada diriku, aku akan memberikan kebahagiaan padanya. Seperti biasa, mas semakin sulit aku hubungi. Dia hanya datang sesuai dengan jadwal hari kunjungannya ke rumah ini. Semakin sibuk dengan berbagai proyek yang terus ia kejar.. Masih belum bisa aku terima, apa yang ia cari... Uang, rasanya ia tidak kekurangan uang. Cukup banyak uang yang bisa ia dapatkan dari setiap proyek yang dia dapatkan. Tapi kemana? Kemana uang-uangnya, habis untuk apa?... Sedang yang dia berikan untukku saja tidak seberapa. Sampai aku pun masih harus terus bekerja dan rela menitipkan Ares pada tetanggaku selagi aku pergi bekerja.
*****

Hari itu, hari pertama Ares masuk ke taman kanak-kanak dekat rumahku. Dia selalu bertanya "umi, abi mana sih kok ga dateng-dateng... Abi marah ya sama aku karena aku nakal?". Dan aku pun tersenyum walau hati ini sedih mendengarnya, "enggak sayang, mungkin Abi sedang sibuk. Abi kan kerja untuk kita, untuk beli mainan kamu. Sabar ya... Nanti juga Abi pasti datang."
Aku berusaha menghubungi mas lewat telepon, namun beberapa kali di reject.. "ohh mungkin dia benar-benar sedang sibuk", pikirku dalam hati, "sudahlah akan aku coba lagi nanti."
*****

Setiap hari waktu kunjungan mas ke rumah Ares terlihat sangat bahagia, dia selalu menanti kedatangan ayahnya dengan suka cita.. Dengan mata yang berbinar-binar penuh harap.. Saat itu, aku teringat sosok ibu, ayah... Adik-adikku.. Sudah lama sekali aku tak melihat mereka, hanya lewat telepon.. Berbagai alasan pun aku lontarkan pada mereka. Bukan karena tak ingin bertemu, sebenarnya bisa saja aku pulang ke rumah... Tapi aku tidak cukup kuat membohongi mereka.. Air mataku pun tak terasa menetes..
"aku terlalu kuat untuk menangis"....
Mas pun datang lebih awal, karena dia ingin mengajak kami jalan-jalan... Waktu yang sangat aku nantikan. Rasa seperti keluarga yang utuh. Perutku terasa sangat sakit...
Hari itu terasa sangat sakit lebih sakit dari biasanya, ya sudah tiga tahun belakangan ini aku merasakan sakit yang sangat hebat pada bagian perutku. Mas menyarankan agar aku memeriksakan diri ke dokter, tapi tak pernah aku hiraukan.. aku pun selalu berkata "aku baik-baik saja mas, gak usaha khawatir ahh."
Hari itu tanpa sadar aku jatuh pingsan, karena tak kuat lagi menahan sakit. Hari yang seharusnya diisi dengan tawa riang keluarga kecil kami, malah diisi dengan tangisan. Setelah aku sadar, mas bilang kalau aku tadi pingsan da Ares tak berhenti menangis. Lalu aku pun tersenyum.. Dan berkata, "hey... Anak umi kok sedih sih, nanti ilang loh gantengnya, ayo senyum sayang." aku sambil mencium keningnya dan memberikan pelukan seperti biasanya ketika ia menangis ingin bertemu dengan Abinya.. Aku hanya bisa memeluknya erat...
"Sudah biasa".. kataku padanya.
*****

Sudah tiga hari aku dirawat di rumah sakit, dan rasa sakit di perutku sudah lebih baik.. Aku merasa aku sudah sehat dan aku ingin pulang. Mas dipanggil ke ruang dokter hari itu juga, ternyata hasil lab menyatakan bahwa ada kanker di mulut rahimku.. Dan sudah stadium empat dan harus segera dilakukan operasi secepatnya.
Baru kali itu aku melihat mas meneteskan air mata, air mata yang sama beberapa tahun silam yang aku lihat dari mata ayahku. Dia terlihat sangat sedih, atpi aku berusaha membuatnya tersenyum dengan bercerita berbagai cerita lucu seperti yang biasanya ia lakukan saat aku sedih...
*****

Hari itu pun segera datang, aku berdoa agar Tuhan selalu melindungiku, apapun yang terjadi.. aku akan segera memasukki meja operasi besok...
__________

Dear, mas ku tersayang...
Besok adalah hari dimana aku akan segera sehat, aku akan di operasi mas.. Syukurlah mas, sakit perutku yang biasanya kambuh sebentar lagi hilang deh.. Doain aku ya mas.. Aku sayang mas, sebenarnya sudah lama aku ingin menceritakan isi hati ini.. Tapi tampaknya setelah hari itu, setelah mas tau ada janin dalam kandunganku.. Mas jadi berbeda aku seperti sudah tidak mengenal mas lagi seperti waktu dulu mas mengejar-ngejar aku..
Tapi sudahlah, aku tau ko perasaan mas..
Maaf ya mas kalau selama ini aku sudah menjadi beban dalam kehidupan mas, manjadi sesuatu yang seharusnya tidak pada tempatnya.. yaa apapun sebutannya aku terima ko. Sudah sering aku dengar gunjingan tetangga yang bilang kalau aku ini istri simpanan, tapi aku tdak peduli itu. Karena aku sayang sama mas..
Sebenarnya aku ingin sekali pulan ke rumah ibu mas, pengen minta maaf sama mereka.. Pingin cium kaki ibu mas.. tapi rasanya aku tidak cukup kuat mas, takut ibu sedih.
Mas.. Sekarang anak kita Ares sudah besar, dia mulai menuntut keberadaanmu mas di rumah. Sebenarnya aku iri dengan istri dan anak-anakmu di rumah, yang mendapatkan kasih sayamu dengan penuh. Sedangkan aku, hanya dikunjungi dua kali dalam sebulan. Itu pun kalau kamu sedang sibuk, kamu tidak datang kan mas...
Yaaa kan.. Hehe..
Aku bosan, untuk selalu jadi yang kedua.. Mungkin sudah jalan hidupku mas.. Aku terima itu.. Aku cuma mau titip Ares, tolong rawat dan jaga dia seperti anak-anakmu yang lainnya ya.. Jangan pernah perlakukan dia seperti anak tiri.. Sudah cukup aku merasa menjadi anak tiri dari Tuhan.
Entahlah seperti apakah yang bernama adil, seperti apa bentuknya, rupanya, rasanya.. Hampir tak pernah menyapaku sampai saat ini.. Tapi kasih tuhanlah yang menguatkan ku sampa saat ini. Terimakasih ya mas, kalau sampai kejadian terburuk menghampiriku. Tolong sampaikan maafku pada ibu dan ayah serta keluargaku.
Aku ingin pulang.. cuma ingin pulang...

Salam sayang selalu..
Aku yang selalu mencintaimu...
________

Begitulah isi surat dan buku hariannya.. Sambil menangis, aku masih mendekap sebuah buku dan surat yang ia tuliskan untukku.. Ternyata orang yang sangat menyayangiku selama ini telah pergi meninggalkan kami selama-lamanya. Cantik parasnya, senyumnya tak akan pernah aku lihat lagi selama-lamanya... Maafkan aku sayang...
Akan aku jaga Ares dan mencintainya seperti aku mencintaimu.
cuma penyesalan itu yang aku rasakan.. Dan terasa percuma saat ini...
------------


Jagalah pernikahan dengan semestinya, pernikahan bukan hanya menyatukan dua tubuh... melainkan juga hati dan jiwa di dalamnya. Bagi yang telah memiliki pasangan, cintailah dan hargai pasangan Anda. Karena manusia, sejatinya tak akan pernah bisa berlaku adil bagi manusia lainnya..

Mohon maaf bila ada kesamaan cerita, nama atau tokoh, cerita di atas hanya fiktif belaka. Semoga kita bisa mendapatkan pembelajaran di dalamnya..
Selamat berkarya....
^_^
By: me and my self

Komentar

  1. aku juga menangis membaca posting ini....i love you

    tom yum guy

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngatboy ---> Ngatman

Lensa

Terima kasih untuk para suami yang telah memuliakan istrinya